Masalah Pengkotakkan dan Apologetik
Tanya:
Penentang STIFIn menolak konsep mengkotak-kotakan orang?
Jawab:
Betul bahwa setiap orang bisa menjadi siapa saja yang ia mau, karena
potensi untuk menjadi siapa saja tersedia dalam setiap diri manusia.
Pengelempokan ala STIFIn bertujuan ketika memilih untuk menjadi
seseorang, pilihlah yang ia memiliki potensi terbaik. Supaya
jalannya mudah.
Namun jika ia mau memilih ‘jalan yang susah’ karena
di kotak yang dipilih modal potensinya sedikit maka ia mesti
bersedia menerima risiko kegagalan yang lebih besar.
Ini teori
peluang bukan mengkotak-kotakan. Ibarat anak lelaki suka
mobil-mobilan dan anak perempuan suka boneka, tentulah itu bukan
pengkotak-kotakan, tetapi perbedaan selera pilihan karena perbedaan
kromosom.
Demikian juga kosekuensi atas adanya perbedaan mesin
kecerdasan.
Tanya:
Bagaimana cara menghindari efek samping apologetik atas kelemahan
diri?
Jawab:
Contoh: orang T akan bilang, ”maafin kalau saya raja tega ya..kan
memang STIFIn sudah bilang begitu”.
Masih
bagus seseorang menyadari kelemahannya.
Namun mengeksploitasinya
secara apologetik dapat diibaratkan ‘pengemis yang doyan dengan
kemiskinannya’. Tentu hal itu akan menurunkan marwah (harga diri)nya
jika hal itu dilakukan terus menerus.
Sikap yang betul adalah
menyadari kelemahan tersebut dan segera memperbaikinya saat
diperlukan. Biarkan perbaikan itu berjalan alamiah.
Comments
Post a Comment